Welcome to blog Lulu' Mustafiyah

Jumat, 04 Mei 2018

Materi Akidah Akhlak Kelas 12 Bab 8


BAB VII

MEMBIASAKAN ADAB

MEMBACA AL QUR’AN DAN BERDO’A

PENDALAMAN MATERI

Selanjutnya Anda pelajari uraian berikut ini dan Anda kembangkan dengan mencari materi tambahan dari sumber belajar lainnya

        ADAB MEMBACA AL QUR’AN
    A.    Pengertian Membaca al Qur’an

Membaca dalam pengertian bahasa, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan maupun hanya dalam hati). Dalam pengertian istilah, membaca adalah suatu proses memahami serta memetik makna dari kata-kata, ide, gagasan, konsep, dan informasi yang dikemukakan oleh pengarang dalam bentuk tulisan. Jadi membaca sebenarnya adalah lebih dari hanya sekedar menyuarakan, namun juga memahami.

Pengertian Al Qur’an dari segi bahasa, adalah bentuk kata benda (masdar) dari kata kerja qara'a yang artinya membaca. Konsep pemakaian kata ini dapat juga dijumpai pada salah satu surat Al-Qur'an sendiri yakni pada QS. Al Qiyamah: 17-18,
إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْآنَهُ (١٧)فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْآنَهُ (١٨)

Sesungguhnya mengumpulkan Al-Qur’an (di dalam dadamu) dan (menetapkan) bacaannya (pada lidahmu) itu adalah tanggungan Kami. (Karena itu,) jika Kami telah membacakannya, hendaklah kamu ikuti {amalkan} bacaannya.

Menurut Muhammad Ali Ash-Shabuni mendefinisikan Al-Qur'an sebagai firman Allah yang tiada tandingannya, diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW penutup para Nabi dan Rasul, dengan perantaraan Malaikat Jibril a.s. dan ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudian disampaikan kepada kita secara mutawatir, serta membaca dan mempelajarinya merupakan ibadah, yang dimulai dengan surat Al-Fatihah dan ditutup dengan surat An-Nas. Sedangkan menurut Subhi Al Salih mendefinisikan Al-Qur'an sebagai Kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan ditulis di mushaf serta diriwayatkan dengan mutawatir, membacanya termasuk ibadah.

Dengan demikian membaca Al Quran adalah memahami Al Quran sebagai firman (wahyu) Allah berkaitan dengan struktur huruf, kata, kalimat dalam bahasa tulis dengan bahasa lisan berdasar kaidah-kaidah yang berlaku dalam qiraat dan tajwid secara baik dan benar (tartil) hingga kandungan makna dan cara penerapannya dalam kehidupan.

1.      Dasar Perintah Membaca al Qur’an
Al Qur’anul Karim adalah pengikat antara langit dan bumi, perjanjian antara Allah dan hambaNya. Al Qur’anul Karim adalah jalan menuju kepada Allah SWT yang kekal (abadi), Al Qur’an merupakan kitab samawi yang paling mulia dan paling agung. Sesungguhnya orang yang paling mulia ibadahnya serta besar pahalanya ketika mendekatkan diri kepada Allah SWT adalah membaca Al Qur’anul Karim. Hal ini telah diperintahkan kepada kita untuk selalu membaca Al-Qur’an sebagaimana diterangkan dalam firman Allah SWT,
1.    Dasar Al Qur’an
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (١)

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan”
(QS. Al Alaq: 1)

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضى الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم  أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ إِذَا رَجَعَ إِلَى أَهْلِهِ أَنْ يَجِدَ فِيهِ ثَلاَثَ خَلِفَاتٍ عِظَامٍ سِمَانٍ قُلْنَا نَعَمْ. قَالَفَثَلاَثُ آيَاتٍ يَقْرَأُ بِهِنَّ أَحَدُكُمْ فِى صَلاَتِهِ خَيْرٌ لَهُ مِنْ ثَلاَثِ خَلِفَاتٍ عِظَامٍ سِمَانٍ
Abu Hurairah rameriwayatkan bahwa Rasulullah SAWbersabda: “Maukah salah seorang dari kalian jika dia kembali ke rumahnya mendapati di dalamnya 3 onta yang hamil, gemuk serta besar?” Kami (para shahabat) menjawab: “Iya”, Rasulullah SAW bersabda: “Salah seorang dari kalian membaca tiga ayat di dalam shalat lebih baik baginya daripada mendapatkan tiga onta yang hamil, gemuk dan besar.” (HR. Muslim).

2.      Tujuan Membaca al Qur’an
a.      Mengikuti petunjuk Allah
فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلا يَضِلُّ وَلا يَشْقَى (١٢٣)
Barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.(QS. Thaha: 123)
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رضى الله عنهما : ضَمِنَ اللَّهُ لِمَنَ اتَّبَعَ الْقُرْآنَ أَنْ لاَ يَضِلَّ فِي الدُّنْيَا ، وَلاَ يَشْقَى فِي الآخِرَةِ ، ثُمَّ تَلاَ )فَمَنَ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلاَ يَضِلُّ وَلاَ يَشْقَى(
Abdullah bin Abbas ra berkata: “Allah telah menjamin bagi siapa yang mengikuti Al Quran, tidak akan sesat di dunia dan tidak akan merugi di akhirat”, kemudian beliau membaca QS. Thaha: 123. (Atsar shahih Ibnu Abi Syaibah)

b.      Mempertebal keyakinan akan kebenaran Al Qur’an
ذَلِكَ الْكِتَابُ لا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ (٢)

Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. (QS. Al Baqarah: 2)

c.    Mendapat Rahmat Allah
وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنْصِتُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ (٢٠٤)
Dan apabila dibacakan Al Quran, Maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat. (QS. Al A’raf: 204)

d.    Mendapat obat hati (nurani)

وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ وَلا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلا خَسَارًا (٨٢)
Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. (Al Isra’: 82)

e.    Mencintai Allah dan Rasulullah SAW


عَنْ عَبْدِ اللهِ بن مسعود رضى الله عنه ، أنه قَالَ: مَنْ أَحَبَّ أَنْ يَعْلَمَ أَنَّهُ يُحِبُّ اللهَ وَرَسُولَهُ فَلْيَنْظُرْ، فَإِنْ كَانَ يُحِبُّ الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يُحِبُّ اللهَ وَرَسُولَهُ
Abdullah bin Mas’ud ra. berkata: “Siapa yang ingin mengetahui bahwa dia mencintai Allah dan Rasul-Nya, maka perhatikanlah jika dia mencintai Al Quran maka sesungguhnya dia mencintai Allah dan rasul-Nya. (HR. Al Baihaqi).

f.     Melembutkan hati
وقال وهيب رحمه الله: نظرنا في هذه الأحاديث والمواعظ فلم نجد شيئًا أرق للقلوب ولا أشد استجلابًا للحزن من قراءة القرآن وتفهمه وتدبره
Berkata Wuhaib rahimahullah: “Kami telah memperhatikan di dalam hadits-hadits dan nasehat ini, maka kami tidak mendapati ada sesuatu yang paling melembutkan hati dan mendatangkan kesedihan dibandingkan bacaan Al Quran, memahami dan mentadabburinya.

3.      Keutamaan Membaca al Qur’an
a.      Mendapat pahala berlipat
إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ (٢٩)لِيُوَفِّيَهُمْ أُجُورَهُمْ وَيَزِيدَهُمْ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّهُ غَفُورٌ شَكُورٌ (٣٠)

Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, 30. agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. (QS. Al Fathir: 29-30)
عَنْ عَبْد اللَّهِ بْنَ مَسْعُودٍ رضى الله عنه يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم, مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُولُ الم حرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ.
Abdullah bin Mas’ud r.a meriwayatkan bahawa Rasulullah s.a.w bersabda: Siapa yang membaca satu huruf daripada kitab Allah swt maka untuknya diberi satu hasanah (kebaikan) sebagai ganjaran bagi huruf itu dan satu hasanah adalah sama dengan sepuluh pahala. Aku tidak berkata (alif,lam,mim) sebagai satu huruf tetapi (alif) adalah satu huruf, (lam) adalah satu huruf dan (mim) adalah satu huruf. (Riwayat Tirmizi)

b.      Mendapat Syafaat di akhirat
عَنْ أَبي أُمَامَةَ الْبَاهِلِىُّ رضى الله عنه قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِهِ

Dari Abu Umamah Al-bahili ra, dia berkata, saya mendengar Rasulullah saw bersabda: Bacalah Al Qur'an. Karena ia pada hari kiamat nanti akan datang untuk memberikan syafaát kepada para pembacanya. (HR Muslim)

c.       Memuliakan orang tua di akhirat
عَنْ مُعَاذٍ الْجُهَنِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَالَ: مَنْ قَرَأَ الْقُرْآنَ وَعَمِلَ بِمَا فِيهِ، أُلْبِسَ وَالِدَاهُ تَاجًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ، ضَوْءُهُ أَحْسَنُ مِنْ ضَوْءِ الشَّمْسِ فِي بُيُوتِ الدُّنْيَا، لَوْ كَانَتْ فِيكُمْ فَمَا ظَنُّكُمْ بِالَّذِي عَمِلَ بِهَذَا.
Mu’az al-Juhani ra berkata: Rasulullah saw bersabda: Barangsiapa membaca al-Qur’an dan mengamalkan apa yang terdapat di dalamnya, maka pada hari kiamat nanti, kedua orangtuanya akan dipakaikan mahkota yang cahayanya lebih indah daripada cahaya matahari yang menyinari rumah-rumah kalian. Kalaulah hal itu terjadi pada diri kalian, bagaimana halnya terhadap yang mengerjakannya. (HR. Abu Dawud)

d.      Mendapat tempat di surga
عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم: مَنْ قَرَأَ الْقُرْآنَ وَاسْتَظْهَرَهُ، فَأَحَلَّ حَلاَلَهُ وَحَرَّمَ حَرَامَهُ، أَدْخَلَهُ اللَّهُ بِهِ الْجَنَّةَ، وَشَفَّعَهُ فِي عَشْرَةٍ مِنْ أَهْلِ بَيْتِهِ، كلُّهُمْ قَدْ وَجَبَتْ لَهُ النَّارُ.
Ali ibn Abi Talib ra berkata: Rasulullah saw bersabda: Barangsiapa yang membaca al-Qur’an dan menampakkannya, yaitu dengan menghalalkan apa yang dihalalkan al-Qur’an dan mengharamkan apa yang diharamkannya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga, dan akan dapat memberikan syafa’at/pertolongan terhadap sepuluh orang karabatnya, yang semuanya sudah ditentukan masuk ke dalam neraka. (HR. Tirmidzi)

4.      Adab Membaca al Qur’an

a.      Membaca Al Qur'an di tempat yang suci
Sejumlah ulama menganjurkan membaca Al-Qur’an di masjid karena ia meliputi kebersihan dan kemuliaan. Para sahabat meriwayatkannya dari Abu Hanifah, Asy-Sya’bi berkata, makruh membaca Al-Qur’an di tiga tempat: Di tempat mandi, tempat buang air dan tempat penggilingan gandum.

b.      Menghadap kiblat
Diutamakan bagi pembaca Al-Qur’an di luar sembahyang supaya menghadap kiblat. Hendaknya dia duduk dengan khusyuk dan tenang sambil menundukkan kepalanya.Dibolehkan baginya membaca sambil berdiri atau berbaring atau di tempat tidurnya atau dalam keadaan lainnya dan dia mendapat pahala, akan tetapi nilainya kurang daripada membaca al Qur’an dengan duduk.
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ (١٩١)

Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring (QS. Ali Imran: 191)


c.    Disunahkan dalam keadaan suci dari hadas besar dan kecil
Al Qur’an merupakan wahyu Allah yang suci, sehingga ada baiknya ketika hendak membacanya dipastikan dalam keadaan suci,

إِنَّهُ لَقُرْآنٌ كَرِيمٌ (٧٧)فِي كِتَابٍ مَكْنُونٍ (٧٨)لا يَمَسُّهُ إِلا الْمُطَهَّرُونَ (٧٩)تَنْزِيلٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ (٨٠)أَفَبِهَذَا الْحَدِيثِ أَنْتُمْ مُدْهِنُونَ (٨١)
Sesungguhnya Al-Quran ini adalah bacaan yang sangat mulia, 78. pada kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh), 79. tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan. . diturunkan dari Rabbil 'alamiin. 81. Maka Apakah kamu menganggap remeh saja Al-Quran ini? (QS. Waqiah: 77-81)

d.    Memohon perlindungan dari godaan setan
Disunnahkan membaca Ta’awwudz pada permulaan bacaan, berdasarkan Firman Allah Q.S. An-Nahl : 98,
فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ (٩٨)

Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.

e.    Membaca Basmallah
Sebagaimana memulai setiap perkataan dan perbuatan yang baik yang lain, maka memulai membaca Al-Quran pun dengan membaca Basmallah kecuali pada awal QS. At Taubah. Bedasar sabda Nabi SAW,
كل أمر لا يبدأ فيه ببسم الله الرحمـن الرحـيم فهو أجذم
Setiap perkara (amalan) yang tidak dimulai dengan membaca Bismillahirrahmanirrahiim, maka terputus berkahnya (bagaikan anggota badan yang terkena kusta) (H.R. Ahmad, Nasai, dan Ibnu Mardawaih)

Diriwayatkan oleh Abdullah bin Abbas, ketika ditanya oleh Ali bin Abi Thalib kenapa tidak dituliskan basmalah diawal surat Taubah? Beliau menjawab, "bismillahirrohmanirrohim" mempunyai makna keamanan dan perdamaian, dan surat at-Taubah turun dalam bayang-bayang pedang ketika perang Tabuk, dimana tidak ada situasi aman pada saat itu. Basmallah itu sendiri menyiratkan makna rahmat kasih sayang, sedangkan surah at-Taubah banyak berisi kecaman dan sanggahan terhadap sikap orang-orang munafiq dan orang kafir, maka tidak ada rahmat bagi mereka.

f.     Membaca menurut tertib mushaf.
Para ulama berkata: “Pendapat yang lebih terpilih adalah membaca menurut tertib Mushaf, maka dia baca Al-Fatihah, kemudian Al-Baqarah, kemudian Ali Imran, dan seterusnya. Kecuali sesuatu yang telah ditentukan dalam syarak yang merupakan pengecualian, seperti sembahyang Hari Raya, shalat dhuha dan lainnya.

g.    Sujud tilawah, bila bertemu ayat sajdah
Salah satu bentuk interaksi dengan Al-Qur’an adalah melakukan aktivitas tertentu sesuai bacaan, yakni melakukan sujud tilawah ketika mendapati bacaan pada QS. Al A’rof : 206, Ar Ro’du: 15,

An Nahl: 49-50, Al Isro’: 107-109, Maryam: 58, Al Hajj: 18, Al Furqon: 60, An Naml: 25-26, As Sajdah: 15, Fushilat: 38, Shaad: 24, An Najm: 62, Al Insyiqaq: 20-21, Al ‘Alaq: 19, dan Al-Hajj: 77

Adapun bacaan sujud tilawah menurut riwayat Abu Daud, Tirmidzi, dan Nasa’i   adalah,

سَجَدَ وَجْهِي لِلَّذِي خَلَقَهُ، وَشَقَّ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ بِحَوْلِهِ وَقُوَّتِهِ، فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ
Telah sujud wajahku kepada yang telah menciptanya, yang telah memberi rupa baginya dan telah memberi pendengaran dan penglihatan dengan kehendakNya dan dengan kekuatanNya, Tuhan yang penuh limpah keberkatanNya telah menjadikan manusia dengan sebaik-baik kejadian.

h.    Merendahkan dan memerdukan bacaan dengan tartil
            Menyenandungkan Al-Qur’an tentu harus memperhatikan setiap ayatnya. Termasuk darri adab tilawah, yakni menjaga hukum-hukum tajwid, tentunya menyenandungkan dan bertilwah dengan menjaga adab-adab ini akan sulit dipenuhi  bila tilawah kita sangat lirih.Adab tersebut berdasar firman Allah,

وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلا (٤)

Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan.(QS. Al Muzzammil: 4)

وَلا تَجْهَرْ بِصَلاتِكَ وَلا تُخَافِتْ بِهَا وَابْتَغِ بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلا (١١٠)

Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu.(QS. Al Isra': 110)

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَا أَذِنَ اللَّهُ لِشَيْءٍ مَا أَذِنَ لِنَبِيٍّ حَسَنِ الصَّوْتِ يَتَغَنَّى بِالْقُرْآنِ يَجْهَرُ بِهِ
Allah  tak pernah mengijinkan untuk (melakukan) sesuatu sebagaimana Dia mengizinkan nabi-Nya untuk memperindah dan mengeraskan suaranya saat membaca Al Qur'an. (HR. An Nasai)

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا أَذِنَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لِشَيْءٍ يَعْنِي أَذَنَهُ لِنَبِيٍّ يَتَغَنَّى بِالْقُرْآنِ
Allah tak pernah mengijinkan untuk sesuatu sebagaimana Dia mengijinkan Nabi-Nya untuk memperindah suara saat membaca Al Qur'an. (HR. An Nasai)

i.      Berhenti untuk berdoa ketika membaca ayat rahmat dan ayat azab





قُلْ آمِنُوا بِهِ أَوْ لا تُؤْمِنُوا إِنَّ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ مِنْ قَبْلِهِ إِذَا يُتْلَى عَلَيْهِمْ يَخِرُّونَ لِلأذْقَانِ سُجَّدًا (١٠٧)وَيَقُولُونَ سُبْحَانَ رَبِّنَا إِنْ كَانَ وَعْدُ رَبِّنَا لَمَفْعُولا (١٠٨)وَيَخِرُّونَ لِلأذْقَانِ يَبْكُونَ وَيَزِيدُهُمْ خُشُوعًا (١٠٩)

Katakanlah: "Berimanlah kamu kepadanya atau tidak usah beriman (sama saja bagi Allah). Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al Quran dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud,108. dan mereka berkata: "Maha suci Tuhan Kami, Sesungguhnya janji Tuhan Kami pasti dipenuhi".109. dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu'. QS. Al Isra’: 107-109)

Dari Huzaifah ra. ia berkata; Pada suatu malam aku shalat bersamaNabi Muhammad saw., beliau membaca surat Al Baqarah kemudianAn Nisaa' kemudian Ali 'Imran. Beliau membaca perlahan-lahan,apabila sampai pada ayat tasbih beliau bertasbih, dan apabilasampai pada ayat permohonan beliau memohon, dan apabila sampaipada ayat ta'awudz (mohon perlindungan) beliau mohon perlindungan.( Riwayat Muslim)

j.            Memperbanyak mengkhatamkankan membaca Al Qur'an
Membaca Al-Quran sampai tamat merupakan perintah Rasulullah SAW. Para sahabat dan para ulama sangat gemar membaca dan menggali ilmu-ilmu Al-Quran. Mereka terus membaca dan mengkhatamkannya secara rutin.
اقْرَأْ الْقُرْآنَ فِي كُلِّ شَهْرٍ قَالَ قُلْتُ إِنِّي أَجِدُ قُوَّةً قَالَ فَاقْرَأْهُ فِي عِشْرِينَ لَيْلَةً قَالَ قُلْتُ إِنِّي أَجِدُ قُوَّةً قَالَ فَاقْرَأْهُ فِي سَبْعٍ وَلَا تَزِدْ عَلَى ذَلِكَ
Bacalah (khatamkanlah) al-Qur’an setiap sebulan sekali.” Aku menyatakan, “Sesungguhnya aku mampu untuk lebih dari itu.” Rasulullah bersabda, “Maka bacalah (khatamkanlah) dalam dua puluh malam.” Aku menyatakan, “Sesungguhnya aku mampu untuk lebih dari itu.” Rasulullah bersabda, “Maka, khatamkanlah dalam tujuh hari, jangan kurang dari itu.” (HR. Muslim)

k.        Menghidari bercanda dan mendengarkan dengan seksama ketika Al Qur’an di baca
Hendaklah orang-orang mukmin itu berdiam diri dan bersikap tenang sewaktu Al Quran dibacakan sebab di dalam ketenangan itulah mereka dapat merenungkan isinya baik di dalam dan di luar shalat. Hal ini didasarkan pada QS. Al A’raf 204 dan hadis riwayat Imam Bukhari dari Abu Hurairah,

وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنْصِتُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ (٢٠٤(
Dan apabila dibacakan Al Quran, Maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.

من استمع إلى آية من كتاب الله كتبت له حسنة مضاعفة ومن تلاها كانت له نورا يوم القيامة

Barangsiapa mendengarkan (dengan penuh minat) ayat dari Alquran, dituliskan baginya kebaikan yang berlipat ganda dan barang siapa membacanya adalah baginya cahaya di hari kiamat. (H.R Bukhari dan Imam Ahmad dari Abu Hurairah)

l.              Menutup bacaan dengan me-Maha benarkan Allah dengan segala yang termaktub dalam Al Quran
Mengucapkan shadaqallah/ Mahabenar Allah, karena suasana hati untuk membenarkan apa yang Allah sampaikan dalam keseluruhan ayat yang telah dibaca.

m.      Mengahiri dengan doa
Salah satu doa yang dipanjatkan agar selama melaksanakan kegiatan membaca Al Qur’an sebagai berikut,

اَللَّهُمَّ ارْحَمْنا بِاْلقُرْآنْ, وَاجْعَلْهُ لنا إِمَامًا وَنُوْرًا وَهُدًا وَرَحْمَةْ, أَللَّهُمَّ ذَكِّرْنا مِنْهُ مَا نَسِيْنا وَعَلِّمْنا مِنْهُمَا جَهلناوَارْزُقْنِا تِلاَوَتَهُ آنَاءَ الْلَيْلِ وَأَطْرَافَ النَّهَارْ وَاجْعَلْهُ لنا حُجَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمْيِنَ .
Ya Allah kasihilah kami dengan membaca Al Qur'an, jadikanlah Al Qur'an bagi kami sebagai panutan, cahaya, petunjuk dan rohmat. Ya Alloh ingatkan-lah kami andaikan terlupa dari ayat-ayat Al Qur'an,ajarkan kami dari padanya yang kami belum tahu,karuniakanlah kami untuk bisa membaca Al Qur'an di tengah malam dan siang hari, jadikanlah Al Qur'an bagi kami sebagai pedoman Wahai Tuhan semesta alam.

              ADAB BERDO’A

1.        PENGERTIAN BERDO’A
Berdo’a adalah kebutuhan manusia sebagai hamba, berdo’a juga merupakan salah satu dari bentuk ibadah bahkan ada yang menyebutkannya sebagai otaknya ibadah. Berdo’a sangat dianjurkan oleh agama, walaupun berdo’a tidak memerlukan syarat dan rukun seperti ibadah-ibadah yang lain (sholat, puasa, zakat), tetapi berdo’a juga memiliki aturan, tata karma atau adab, walaupun sifatnya tidak mengikat.
Secara bahasa do’a berasal dari bahasa Arab ad-dhu’a yang berarti menyeru, memanggil, mendo’a, memohon, meminta. Menurut Quraiys Shihab do’a adalah pemohoman hamba kepada Tuhan agar memperoleh anugrah pemeliharaan dan pertolongan, baik bagi pemohon ataupun bagi orang lain yang harus lahir dari lubuk hati paling dalam disertai dengan ketundukan dan mengagungkan-Nya.

Dapat disimpulkan, berdo’a adalah meminta sesuatu kepada Allah dengan harapan dikabulkan dengan perasaan tunduk dan penuh harap. Abu al Qosim al Naqsabandi dalam sarah kitab Asma’ul Khusna menjelaskan beberapa pengertian do’a, yaitu :

1.    Do'a dalam pengertian Ibadah(menyembah).
Yaitu jangan menyembah selain daripada Allah, yakni sesuatu yang tidak memberikan   manfaat dan tidak pula mendatangkan madarat kepadamu.Seperti dalam QS. Yunus: 106,

وَلا تَدْعُ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لا يَنْفَعُكَ وَلا يَضُرُّكَ فَإِنْ فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذًا مِنَ الظَّالِمِينَ (١٠٦)

Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah”

2.    Do’a dalam pengertian istighatsah (memohon bantuan dan pertolongan).
Yaitu mintalah bantuan atau pertolongan dari orang-orang yang mungkin dapat membantu dan memberikan pertolongan kepada kamu. Seperti dalam QS. Al-Baqarah: 23,

وَادْعُوا شُهَدَاءَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (٢٣)
“Dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar”.

3.    Do’a dalam pengertian permintaan  atau permohonan.
Yaitu, mohonlah (mintalah) kepada Aku (Allah) niscaya Aku (Allah) akan perkenankan permohonan (permintaan). Seperti dalam QS. Al-Mu'min: 60,

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ (٦٠)
Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam Keadaan hina dina".

4.    Do’a dalam pengertian percakapan.
     Seperti dalam QS. Yunus: 10,
دَعْوَاهُمْ فِيهَا سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَتَحِيَّتُهُمْ فِيهَا سَلامٌ وَآخِرُ دَعْوَاهُمْ أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (١٠)
“Do'a mereka di dalamnya Ialah: "Subhanakallahumma", dan salam penghormatan mereka Ialah: "Salam".

5.    Do’a dalam pengertian memanggil.
Yaitu, pada suatu hari, dimana la (Tuhan) menyeru (memanggil) kamu.Seperti dalam QS. Ar-    Rum: 52,
فَإِنَّكَ لا تُسْمِعُ الْمَوْتَى وَلا تُسْمِعُ الصُّمَّ الدُّعَاءَ إِذَا وَلَّوْا مُدْبِرِينَ (٥٢)
“Dan menjadikan orang-orang yang tuli dapat mendengar seruan, apabila mereka itu berpaling membelakang”.

6.    Do’a dalam pengertian memuji.
Yaitu, pujilah olehmu Muhammad akan Allah atau pujilah olehmu Muhammad akan Al-   Rahmân. Seperti dalam QS.  Al-Isra': 110





قُلِ ادْعُوا اللَّهَ أَوِ ادْعُوا الرَّحْمَنَ أَيًّا مَا تَدْعُوا فَلَهُ الأسْمَاءُ الْحُسْنَى وَلا تَجْهَرْ بِصَلاتِكَ وَلا تُخَافِتْ بِهَا وَابْتَغِ بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلا (١١٠)

Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai Al asmaaul husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu".

2.   PERINTAH BERDO’A

Berdo’a adalah perintah Allah, berdo’a merupakan kenutuha bagi seluruh manusia. Dalam Islam perintah berdo’a dapat kita temukan dalam al Qur’an maupun hadis sebagai berikut :
1.    Al Qur’an

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ (١٨٦)
”Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah),  bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”. (QS. Al Baqarah : 186)

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ (٦٠)

”Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Kuakan masuk neraka Jahannam dalam Keadaan hina dina". (QS. Al-Mukmin: 60).

2.    Hadis

عَنْ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي قَوْلِهِ وَقَالَ رَبُّكُمْ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ قَالَ الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ

Diriwayatkan dari Nu`man ibn Basyir, bahwa Rasulullah saw bersabda: Tuhanmu telah berkata “berdoalah kepadaku maka akan ku kabulkan”, Rasul berkata: doa adalah Ibadah…





أَنَّهُ لا يَضِيعُ الدُّعَاءُ بَلْ لا بُدَّ لِلدَّاعِي مِنْ إحْدَى ثَلاثٍ : إمَّا أَنْ يُعَجِّلَ لَهُ دَعْوَتَهُ ، وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِي الآخِرَةِ ، وَإِمَّا أَنْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنْ السُّوءِ مِثْلَهَا
 Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan doa salah seorang di antara kamu, melainkan pastilah bagi orang yang berdoa salah satu dari tiga perkara: Ada kalanya Allah mengabulkan doanya (di dunia), atau menundanya hingga di akhirat, atau menggantinya dengan yang lainnya. (HR. Ahmad).


3.      ADAB BERDO’A
Meskipun berdo’a bukan termasuk ibadah yang memiliki syarat atau rukun tetapi ada beberapa hal yang harus kita perhatikan pada saat berdo’a, kita mengenalnya dengan adab atau etika berdo’a. yaitu:

1.      Niat yang tulus dan ikhlas karena Allah swt

Niat merupakan syarat layak/diterima atau tidaknya amal perbuatan. Ikhlas dan membebaskan niat semata-mata karena Allah dituntut pada semua amal shaleh dan ibadah. Seorang mu’min akan diberi ganjaran pahala berdasarkan kadar niatnya.

وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ (٥)

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus”.(QS. Al-Bayyinah:5)

عَنْ أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ أَبِيْ حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ: إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى.

“Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khattab ra, dia berkata, "Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya setiap perbuatan ) tergantung niatnya ). Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan.” (HR. Bukhari
dan Muslim)

2.      Menghadap kiblat
Kiblat merupakan arah yang dituju dalam ibadah, khususnya shalat dan shalat dalam makna bahasa juga berarti doa. Shalat merupakan puncak ibadah dalam islam, maka sangat dianjurkan dalam berdoa menghadap kearah kiblat dengan menundukkan dan mengarahkan hati yakni dengan penuh kesungguhan.





عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ زَيْدٍ قَالَخَرَجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى هَذَا الْمُصَلَّى يَسْتَسْقِي فَدَعَا وَاسْتَسْقَى ثُمَّ اسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ وَقَلَبَ رِدَاءَهُ

Dari Abdulloh bin Zaid dia berkata; Nabi SAW keluar menuju tempat sholat ini untuk meminta hujan, lalu beliau berdo’a miminta hujan dengan menghadap ke Kiblat dan membalikkan selendangnya. (HR. Bukhari)

3.      Dalam keadaan suci dari hadas dan najis
Hendaknya kita berdo’a dalam keadaan suci. Suci badan dan suci tempatnya dari hadas dan najis. Hadas adalah sesuatu yang membatalkan wudhu sedangkan najis adalah sesuatu yang dianggap kotor dan dapat mencegah sahnya sholat.
4.      Diawali dengan membaca ta’awwud, bismillah, pujian kepada Allah dan shalawat kepada Nabi Muhammad saw.
Dalam ajaran Islam, setiap akan memulai suatu pekerjaan selalu diawali dengan membaca basmallah begitupun ketika kita akan berdo’a. membaca ta’awwud dan basmalah adalah bentuk kepasrahan kita kepada Allah swt.
5.      Berhati ikhlas hanya berharap ridho Allah
Tidak mengharapkan bantuan kepada siapapun kecuali hanya pada Allah karena perbuatan berharap kepada selain Allah adalah termasuk perbuatan syirik atau menyekutukan Allah.
6.      Penuh harap dengan diliputi kecemasan dan yakin do’a akan dikabulkan Allah
Berdo’alah dengan penuh harap, yakin bahwa do’a kita pasti dikabulkan disertai dengan perasaan takut (cemas) kalau saja do’a kita tidak dikabulkan.
7.      Memperbanyak taubat dan memohon ampun kepada Allah
Salah satu etika berdo’a adalah memperbanyak bertaubat, mengakui kesalahan kita kepada Allah dan memohon ampunannya.
8.      Mengangkat kedua tangan
Mengangkat kedua tangan untuk sebagian ulama adalah merupakan kesunahan dalam berdo’a, tetapi untuk sebagian lain berdo’a tidak memerlukan mengangkat tangan.
9.      Melembutkan suara (tidak berlebihan) dan tenang saat berdo’a
Melembutkan suara artinya tidak berlebih lebihan dalam berdo’a, misalkan dengan cara berteriak atau histeris.
10.  Tidak tergesa-gesa
Berdo’alah dengan tenang, tidak tergesa-gesa. Karena tergesa-gesa adalah perbuatan syaitan. Berdo’a dengan tenang tentu saja akan mendatangkan kekhusyu’an kepada kita.
11.  Tidak mengutuk
Ketika kita berdo’a, kita dilarang mengutuk atau mengumpat. Mengutuk atau mengumpat adalah mendo’akan seseorang agar mendapat mendo’akan seseorang agar mendapatkan celaka dalam hidupnya atau berharap agar Allah mencabut semua nikmat yang diberikan kepada seseorang. Rosulullah melarang perbuatan ini, bahkan beliau memerintahkan untuk saling mendo’akan kebaikan dan keselamatan kepada setiap muslim.  
12.  Khusyu’ dan rendah diri
Khusyu’ artinya tunduk atau pasrah. Khusyu’ juga dapat diartikan dengan kondisi hati yang penuh ketakutan, mawas diri, tunduk dan pasrah pada keagungan Allah. Sedangkan rendah diri artinya tidak sombong atau takabbur. Apabila berdo’a dilakukan engan khusyu’ maka akan memunculkan tindakan-tindakan reflek yang lain seperti diam, menangis dan lain sebagainya.
13.  Memohon dengan asmaul khusna

Asmaul khusna adalah nama-nama Allah yang baik, asmaul khusna sangat baik digunakan untuk berdo’a dan asmaul khusna sendiri termasuk do’a.
14.  Mengaku dosa
Salah satu adab berdo’a adalah mengaku berdosa yang esensinya adalah merendakan diri di depan Allah, kemudian memohon ampunan hanya kepada Allah
15.  Diakhiri dengan membaca sholawat dan hamdallah
Dalam ajaran Islam setiap mengakhiri pekerjaan diperintahkan untuk membaca hamdalah sebagai rasa syukur kita kepada Allah swt.

4.      WAKTU-WAKTU YANG BAIK UNTUK BERDO’A
Tidak hukum yang mengsyaratkan kita berdoa’a dalam suatu waktu atau tempat, tetapi ada beberapa waktu menurut keterangan beberapa hadis Nabi saw, diantaranya adalah:
1.      Waktu sepertiga malam
2.      Ketika khatam membaca al Qur’an
3.      Ketika sujud dalam sholat
4.      Waktu diantara adzan dan iqomah
5.      Pada hari jum’at
6.      Ketika dalam kondisi kehujanan
7.      Pada waktu berbuka puasa bagi orang yang berpuasa
8.      Selepas sholat fardhu
9.      Pada malam lailatul qodar
10.  Pada saat bangun malam bagi orang yang sebelum tidur dalam keadaan suci dan berzikir kepada Allah
11.  Pada hari arafah
12.  Pada saat musibah kematian

5.      LARANGAN DALAM BERDO’A

1.       Berdo’a kepada selain Allah
Berdoa kepada selain Allah bahkan termasuk perbuatan kekafiran. Tidak ada kesesatan yang lebih buruk daripada kesesatan orang yang berdoa dan bergantung kepada selain Allah

وَلا تَدْعُ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لا يَنْفَعُكَ وَلا يَضُرُّكَ فَإِنْ فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذًا مِنَ الظَّالِمِينَ (١٠٦)

Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah”.(QS. Yunus: 106)
2.      Berdo’a dipercepat kematian
Berdoa menurut agama adalah untuk meminta kebaikan dan berlindung dari segala keburukan. Tetapi ketika doa dipanjatkan untuk keburukan terutama untuk pribadi yang memanjatkan doa, tentu hal ini tidak selaras dengan nalar sehat. Oleh karena Nabi SAW melarang berdoa untuk keburukan.

عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لا يَتَمَنَّيَنَّ أَحَدٌ مِنْكُمْ الْمَوْتَ لِضُرٍّ نَزَلَ بِهِ فَإِنْ كَانَ لا بُدَّ مُتَمَنِّيًا لِلْمَوْتِ فَلْيَقُلْ اللَّهُمَّ أَحْيِنِي مَا كَانَتْ الْحَيَاةُ خَيْرًا لِي وَتَوَفَّنِي إِذَا كَانَتْ الْوَفَاةُ خَيْرًا لِي
Dari Anas ra, Nabi SAW bersabda; janganlah salah seorang dari kalian berangan-angan untuk mati karena musibah yg menimpanya, kalau memang hal itu harus, hendaknya ia mengatakan; Ya Allah, hidupkanlah aku jika kehidupan itu baik untukku, & matikanlah aku jika kematian itu baik bagiku. (HR. Bukhari)

3.    Berdo’a untuk keburukan dan dosa
Dari Jabir bin Abdillah dia berkata: Rasulullah SAW bersabda:

لا تَدْعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ وَلا تَدْعُوا عَلَى أَوْلَادِكُمْ وَلا تَدْعُوا عَلَى أَمْوَالِكُمْ لا تُوَافِقُوا مِنْ اللَّهِ سَاعَةً يُسْأَلُ فِيهَا عَطَاءٌ فَيَسْتَجِيبُ لَكُمْ
Janganlah kalian mendoakan keburukan pada diri kalian, jangan mendoakan keburukan pada anak-anak kalian, dan jangan mendoakan keburukan pada harta-harta kalian. Jangan sampai doa kalian bertepatan dengan saat dikabulkannya doa dari Allah lalu Dia akan mengabulkan doa kalian. (HR. Muslim)

4.    Berdoa dengan berteriak
Dalam berdo’a kita diajurkan melembutkan suara, kita dilarang mengeraskan suara secara berlebihan atau berteriak. Dari Abu Musa ra, bahwa suatu ketika para sahabat pernah berdzikir dengan teriak-teriak. Kemudian Nabi SAW mengingatkan,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ،ارْبَعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ، فَإِنَّكُمْ لاَ تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلاَ غَائِبًا، إِنَّهُ مَعَكُمْ، إِنَّهُ سَمِيعٌ قَرِيبٌ
Wahai manusia, kasihanilah diri kalian. Sesungguhnya kalian tidak menyeru Dzat yang tuli dan tidak ada, sesungguhnya Allah bersama kalian, Dia Maha mendengar lagi Maha dekat.” (HR. Bukhari)

6.      HIKMAH BERDO’A
Allah memerintahkan kita berdo’a, bukan karena Allah tidak mengetahui kebutuhan kita, tetapi agar kita mengetahui posisi kita sebagai hamba Allah. Banyak hikmah yang terjadi apabila kita dengan ikhlas berdo’a, diantaranya yaitu
1.      Do’a bernilai ibadah
2.      Do’a adalah pelindung bagi umat Islam dari godaan syaitan dan mara bahaya
3.      Dengan berdo’a berarti kita mengakui kebesaran dan keagungan Allah
4.      Do’a selalu mendatangkan kebaikan dan menolak bencana
5.      Menjadi senjata bagi umat Islam
6.      Menetramkan jiwa
7.      Meningkatkan ketakwaan
8.      Do’a dapat membuka pintu rahmat
9.      Do’a adalah pengikat persaudaraan sesame muslim, karena setiap muslim saling mendo’akan satu dan lainnya
10.  Do’a adalah penghubung antara anak dan orang tua yang telah meninggal.



KESIMPULAN

1.      Al Qur’an sebagai wahyu dari Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman bagi setiap umat manusia sebagai pedoman hidup guna menunjukkan kepada jalan kebaikan dan kebenaran, mengingatkan manusia agar berpegang teguh pada Al Quran untuk selamat di Dunia dan Akhirat.
2.      Membaca Al Qur’an dinilai ibadah berdasar banyaknya huruf yang terbaca. Setiap orang yang membaca al-Qur’an demgam ikhlas Lillah, maka ia mendapat pahala. Namun pahala ini dilipatgandakan jika disertai dengan kehadiran hati, penghayatan, dan pemahaman terhadap ayat yang dibaca.
3.      Seseorang yang membaca, mempelajari, memahami dan mengamalkan Al-Quran dijanjikan Allah SWT syurga yang indah, kecukupan dalam hidupnya, kemurahan rezeki, pahala, meleburkan dosa serta dikabulkannya segala pinta dan doa yang diharapkannya.
4.      Doa adalah ucapan permohonan dan pujian kepada Allah SWT. dengan cara-cara tertentu disertai kerendahan hati untuk mendapatkan kemaslahatan dan kebaikan yang ada disisi-Nya.
5.      Doa ialah ibadah yang agung dan amal shaleh yang utama. Bahkan ia merupakan esensi ibadah dan substansinya sebagaimana sabda Nabi SAW doa ialah Ibadah. Oleh karenanya Nabi SAW menganjurkan kepada kita untuk selalu berdoa baik dalam keadaan senang maupun susah dan menjanjikan bahwa Allah akan mengabulkan doa dan melarang untuk tidak berdoa dengan menyatakan sebagai kesombongan.
6.        Doa dapat dilakukan dengan benar dan sempurna serta bisa dikabulkan dan bisa mendekatkan diri (kepada Allah Swt), maka orang yang berdoa harus memenuhi beberapa syarat dan adab. Dan juga harus meninggalkan hal-hal yang dapat menghalangi terijabahnya doa.
7.      Doa adalah sebagai pelindung dan senjata kepada setiap orang mukmin dari godaan dan hasutan syaitan serta dari kejahatan manusia.
8.      Allah amat mengasihi dan menyukai akan hamba-hambaNya yang selalu berdoa dan meminta sesuatu kepada-Nya.
9.      Doa adalah penghubung dan pengikat tali persaudaraan dan kasih sayang di antara sesama mukmin.



Sumber: Buku Ajar Akidah Akhlak MA kelas XII K13 Kementrian Agama  Tahun 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar